VIDEO Wawancara Eksklusif: Aceh Jadi Prioritas Ekonomi Kreatif Menekraf

pinare.onlineBANDA ACEH –
Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menaruh perhatian serius terhadap pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Keseriusan tersebut dibuktikan dengan masuknya ekonomi kreatif menjadi salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan fokus pada 15 provinsi, dan salah satunya Aceh.
Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf), Teuku Riefky Harsya, mengungkap awalnya Aceh tidak termasuk dalam daftar provinsi yang menjadi prioritas pengambangan ekonomi kreatif nasional.
Namun, dengan pertimbangan kekayaan budaya di Aceh, pihaknya berupaya mengusulkan Tanah Rencong dan dua provinsi lainnya (Maluku dan Papua) untuk dijadikan prioritas karena dinilai memiliki potensi sektor kreatif.
Hal tersebut disampaikan Teuku Riefky dalam wawancara eksklusif bersama Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia Zainal Arifin M Nur, yang berlangsung Autograph Tower, di kompleks Thamrin Nine, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2025).
Selengkapnya hasil wawancara bersama Teuku Riefky ini dapat disaksikan dalam bentuk video wawancara di kanal Youtube pinare.online. Berikut petikan beberapa wawancara yang telah disederhanakan reporter Serambi Indonesia:
* Bagaimana perasaan dan tanggapan Pak Menteri ketika ditunjuk untuk memimpin kementerian baru ini?
Tentu beberapa minggu sebelum diumumkan, sempat dipanggil oleh Pak Prabowo ke Kertanegara dan disampaikan beliau menanyakan kesiapan kami untuk membantu beliau dalam bidang ekonomi kreatif, terutama juga untuk mengembangkan potensi industri kreatif di Indonesia yang kini banyak diminati generasi muda. Kami jawab, tentu siap membantu dan siap melaksanakan tugas sebaik-baiknya.
* Apakah ada arahan khusus dari Pak Presiden saat itu?
Ada empat hal utama yang menjadi target kementerian ini. Pertama, membuka lapangan pekerjaan berkualitas dari ekonomi kreatif. Kedua, meningkatkan investasi di sektor ekonomi kreatif. Ketiga, meningkatkan ekspor dari sektor ekonomi kreatif, dan kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Empat hal ini menjadi rapor kementerian kami. Jadi kementerian ini mengurus industri kreatif dan bisnis di bidang ekonomi kreatif.
* Bidang apa saja yang dianggap ekonomi kreatif?
Filosofi kita adalah menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah “the new engine of growth”. Jadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah. Karena kita melihat potensi masyarakat Indonesia untuk ekonomi kreatif itu luar biasanya. Jadi negara yang berkembang ekonomi kreatifnya adalah negara yang punya budaya sangat kaya, seperti Inggris, Jepang budayanya sangat kaya, ingat jamannya Hello Kitty termasuk Pokemon, India Bollywood nya, Amerika dengan Hollywoodnya, kemudian Korea dengan K-popnya. Indonesia pun demikian kita yakini budayanya sangat kaya dan tersebar di seluruh pelosok.
Kelihatannya industri kreatif ini tidak lama lagi juga tidak hanya di nasional tapi akan mendunia. Kita mesti persiapkan bersama, karena ini semua tersebar, tidak melihat kota besar dan kota kecil. Intinya dimulai dari daerah, makanya kita nanti mesti banyak kolaborasi dengan pemerintah daerah, dengan komunitas seni di daerah, dan juga media daerah.
Jadi sektornya itu sebenarnya ada 17 sub sektor. Pertama kreativitas yang berbasis budaya, itu ada kuliner, kriya, fashion, seni rupa, dan seni pertunjukan. Kemudian berbasis desain, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk. Kemudian ada kreatifitas berbasis media, ada film, animasi, video, periklanan, televisi, radio, musik, penerbitan, fotografi. Juga ada yang berkembang pesat yaitu kreativitas berbasis digital dan teknologi, berupa aplikasi, game, konten digital (konten kreator), teknologi baru seperti AI dan blockchain. Namun dalam RPJMN, Presiden Prabowo menetapkan tujuh subsektor prioritas untuk lima tahun ke depan yaitu kuliner, kriya fashion, game, film, animasi video, musik, dan aplikasi. Akan tetapi semua tetap kita anyomi dan kita dampingi.
* Kalau untuk daerah yang menjadi prioritas pengembangan ekonomi kreatif yang mana saja?
Kalau daerah waktu kami baru dilantik dan kami koordinasi dengan Bappenas waktu itu memang di drafrnya hanya ada 12 provinsi awalnya. Aceh, Maluku, dan Papua tidak termasuk awalnya karena kriterianya cukup ketat. Namun waktu itu kami minta ke Bappenas sebelum ditandatangani oleh presiden, saya katakan bahwa justru kita harus melihat daerah-daerah ujung baik Aceh, Papua, dan juga Maluku. Karena justru kalau daerah ekonomi kreatif ini hanya diberikan kepada daerah-daerah “yang sudah maju, sudah berkembang, dan sudah kaya” untuk apa kita buat prioritas justru bukan membantu daerah-daerah yang masih tertinggal. Di mana daerah ini tambang-tambangnya sudah habis dikuasai oleh swasta, lautnya sudah habis, kebunnya juga sudah di lapak-lapak, tapi kreatifitasnya berkembang dengan pesat karena budayanya cukup bagus. Argumen itu diterima, akhirnya diberikan kesempatan untuk Kementerian Ekraf untuk menambah tiga daerah lainnya, yaitu Aceh, Maluku, dan Papua.
* Ada anggapan bahwa Kemenkraf ini beririsan dengan pariwisata, UMKM, dan kebudayaan. Apa pembeda utamanya?
Sebetulnya sangat mudah melihat perbedaanya ketika kita tahu apa sih raport (laporan) dari masing-masing kementerian. Jadi kalau Kementerian Ekonomi Kreatif yang diminta presiden sebagai target adalah laju pertumbuhan PDB ekonomi kreatif, pertumbuhan ekspor, jumlah tenaga kerja, dan juga pertumbuhan investasi. Ini kan jelas. Nah, lalu kebudayaan dikatakan memang musik sama film juga ada di kebudayaan. Tapi kalau dilihat dari QPI-nya, itu adalah jumlah karya seni budaya yang memperoleh rekognisi di ajang penghargaan internasional. Berarti ini kan urusan untuk festival-festival internasional. Bukan dari jumlah tenaga kerjanya, bukan dari investasinya, bukan dari eksportnya.
Lihatnya sesuai RPJMN, Perpresnya Bapak Presiden. Komdigi kan juga menguruskan game dan aplikasi, tapi nanti dia akan lebih di infrastrukturnya, di indeks dari komunikasi pembangunannya, transformasi digitalnya, indeksnya. UMKM itu lebih ke proporsi jumlah usaha kecil menengahnya. Kalau kita akan lebih mana yang kita up skill, kita perkuat lagi dari tingkat misalnya tingkat kabupaten/kota, ini kita naikkan ke pasarnya, akses pasarnya kita dukung ke tingkat nasional atau kita dorong lagi ke tingkat global. Begitu juga pariwisata, jadi kalau pariwisata ini raportnya ini, yang diminta adalah jumlah kunjungan wisatawan. Jadi kalau kunjungan wisatawan, cara mengundangnya nanti, mungkin ada pagelaran di luar negeri, kaitan dengan budaya kita, apakah itu makanan, kuliner, apakah itu fashion, itu bisa-bisa saja. Tapi pertanggung jawabannya dengan target-target tadi ada di Kementerian Ekraf. Memang seperti beririsan tapi tujuan akhirnya beda-beda.
Jadi di Kementerian Ekonomi Kreatif ini ada rantai nilainya, di mana pegiat ekonomi kreatif ini tantangan muncul saat kreasi awal, atau saat produksi, distribusi, atau saat masuk ke pasar. Misalnya saat masih tahap awal apakah dia butuh ide atau butuh bantuan fasilitas. Setelah tahapan itu mungkin mereka ke tahap produksi, biasanya di tahap ini tantangannya masalahnya pendanaan dan juga dukungan infranya. Ketika tantangan kedua ini bisa dilewati, juga ada tantangan ketika mau masuk pasar, apakah secara online atau offline itu bisa juga kami masuk di situ. Bahkan ada yang sudah bisa masuk pasar, tapi butuh untuk bantuan produksi. Tapi bisa juga mereka sudah selesai semua tapi kemudian dibajak, di copy orang merk yang sama, nah disitu kita berupaya untuk melindungi mereka, membantu mengurus. Untuk itu dari awal biasanya kita juga ajarin sebelum masuk ke pasar sebaiknya diurus dulu sertifikat kekayaan intelektualnya itu di Kementerian Hukum, tapi kami fasilitasi. Jadi punya dasar dokumen kalau itu dibajak orang.
* Seberapa besar kontribusi sektor ekonomi kreatif dalam mendukung ekonomi Indonesia?
11 tahun terakhir dari 2013 sampai 2024, kalau kita lihat tenaga kerja ekonomi kreatif dari 2013 sampai 2024, 11 tahun, itu naik hampir 90 persen. Sekarang ada 26,4 juta jiwa bekerja di industri kreatif. Mayoritas memang masih di kuliner, fashion, dan kriya, karena itu yang banyak. Kemudian nilai tambah terhadap perekonomian nasional naik 120 persen. Nilai ekspor juga naik hampir 70 persen. Ini masih semi-autopilot artinya, belum ada kementerian khusus. Mereka masih berdarah-darah sendirilah. Kalaupun ada yang tersentuh oleh parekraf waktu masih kementerian itu mungkin nggak terlalu banyak. Ini harapannya memang dengan ada kementerian khusus nanti ada dinas-dinas ekraf di provinsi maupun kabupaten/kota ini kita bisa mendorong lebih banyak lagi.
Nah ke depan memang kita punya target untuk 5 tahun ke depan dikasih Presiden Prabowo kepada kami bagaimana sumbangannya terhadap rasio PDB dari ekonomi kreatif itu antara 8 persen sampai 8,4 persen dalam 5 tahun. Sasaran untuk eksportnya 6 persen, tenaga kerjanya menjadi 27,6 juta. InsyaAllah kalau tenaga kerja bisa lebih target karena akhir tahun 2024 aja udah 26,5 lah katakan. Kemudian investasi juga menyumbangkan berkontribusi 7 sampai 8 persen.
Jadi kalau ditanya kontribusinya ya sebetulnya luar biasa. Tinggal kita jaga bagaimana produk-produk kreatif Indonesia ini bisa semakin berkualitas, kompetitif karena kan negara-negara lain juga membangun industri kreatifnya juga luar biasa. Budaya kita banyak sekali, jadi sebetulnya produk kreatifnya gak habis-habis. Karena dari nenek moyang kita juga kaya akan budaya. Misalnya di Serambi itu ada Gam Cantoi, Mestinya dimonetize. Karena sekarang juga banyak berkembang dari karakter, dari gambar-gambar kartun-kartun itu. Apakah itu karakter yang sifatnya gambar serius atau gambar ini. Animator yang suka gambar-gambar itu juga bisa dimonetize.
•
Putra Aceh, Rian Syaf Dilantik Sebagai Staf Khusus Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya, Ini Profilnya
* Untuk level provinsi dan kabupaten/kota bidang kerja ekraf ini masuk dinas apa saja?
Jadi memang dalam 5 tahun yang lalu itu, mungkin belum terlalu banyak orang memahami industri kreatif. Hanya ada 8 provinsi dari 38 provinsi yang mempunyai dinas ekonomi kreatif walaupun tidak mandiri tetapi gabungan dan hanya 18 dari 514 kabupaten/kota. Jadi ada daerah yang menggabungkannya dengan dinas kebudayaan, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Tapi ada juga daerah yang menggabungkannya dinas kepemudaan, olahraga, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Jadi kenapa dinas ini penting? Sebetulnya bukan masalah ego sektoral. Tapi biasanya kalau ekonomi kreatif itu di bawah dinas, biasanya dia dipimpin oleh seorang kabid. Karena ini kabid, biasanya juga anggarannya juga nggak terlalu besar. Biasanya anggarannya hanya untuk membuat FGD. Begitu FGD, hasilnya juga cuma paper untuk diberikan rekomendasi kepada kepala daerah yang belum tentu juga dibaca. Jadi kalau dia menjadi judul, otomatis waktu pembahasan anggaran pun, baik pihak pemda maupun pihak DPRD dia akan tanya, ini ekonomi kreatif apa? Potensinya seperti apa? Petanya gimana? Potensi daerah ini kayak gimana? Dan akhirnya paham oh ternyata para pegiat ekonomi kreatif ini pendekatannya bukan seperti penerima bansos. Ini adalah calon pengusaha-pengusaha juga, calon bisnisman-bisniswoman juga. Jadi harus didampingi dengan benar sehingga kalau mereka hasil karya kreatifitasnya bisa dimonetize, bisa menghasilkan, bisa membuka lapangan.
Saat ini sedang berproses ada 19 provinsi lagi dan ada 56 kabupaten/kota yang akan membentuk dinas ekraf. Tapi prosesnya kan kalau di daerah, kalau di Aceh kan menunggu qanun. Daerah lain juga begitu, menunggu perda. Kalau nanti ini yang lagi berproses berhasil membentuk dinasnya, InsyaAllah di akhir tahun itu akan ada 27 provinsi, termasuk Aceh yang lagi berproses. Alhamdulillah Aceh cukup banyak dibandingkan provinsi lain. Aceh ini yang kabupaten ada 5 yaitu Kota Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Langsa, hingga Subulussalam juga termasuk.
* Kalau di Aceh potensi ekraf-nya apa saja kira-kira?
Sebetulnya setiap daerah lain-lain. Nanti perlu kita petakan bersama-sama ketika dinas ekraf provinsi sudah jadi juga nanti kita lihat. Tapi sambil jalan sebetulnya juga mulai kelihatan contoh kalau Banda Aceh kan yang lagi mau menjadi identitas kreatifitas di sana kan salah satunya parfum. Katanya Banda Aceh mau jadi kota parfum. Nah mungkin daerah-daerah lain, mungkin daerah-daerah atas, Takengon itu kan mungkin tariannya. Ada yang mungkin dari kopinya. Ada juga dari kerajinannya. Tergantung, setiap kabupaten punya potensinya masing-masing. Sebetulnya ini kita harus petakan sama-sama. Mana yang mau kita dorong, kan kita belum tentu bisa dorong semua.
InsyaAllah hadir. Judul acaranya Serambi Ekraf Award. InsyaAllah di sekitar bulan Agustus 2025. InsyaAllah hadir, itu penting. Kita memetakan juga itu kan potensi-potensi di daerah
* Kalau di Aceh apa sub sektornya?
Jadi kalau kita lihat mungkin di Aceh sebagian besar kuliner dan kriya fashion mungkin. Tetapi ada beberapa daerah yang seni pertunjukannya, tari-tariannya kan juga berkembang pesat juga. Seni rupanya juga mungkin berkembang. Ada musik juga berkembang. Tapi kita masih kurang di film, animasi, dan video mungkin di Aceh. Tapi komunitas-komunitas film di Aceh juga banyak sih. Cuma belum monetize betul-betul. Tapi kan sekarang untuk monetize, mungkin kan di Aceh saat ini belum ada bioskop ya. Tetapi kan sekarang banyak akses digital. Ini kan sebetulnya kebudayaan yang disentuh inovasi, kebudayaan kan hulunya. Tetapi hilirnya itu disentuh dengan inovasi, teknologi, itulah industri kreatif itu disitu munculnya. Jadi kan mereka bisa di platform-platform digital juga bisa.
Game developer juga bisa, di Aceh mungkin juga ada anak-anak yang bisa bikin game. Terus nanti dia taruh di Google Play, didownload di handphone. Terus nanti bisa dapat penghasilan dari situ. Banyak anak-anak muda di daerah melakukannya. Saya dengar juga banyak anak-anak Aceh yang membuat aplikasi-aplikasi yang luar biasa bahkan menang di kompetisi-kompetisi dunia. Konten digital, konten kreator Aceh juga variatif banget, banyak banget. Ada yang bicara tentang kuliner, ada yang bicara tentang budaya, ada yang bicara tentang objek-objek wisata dan seterusnya. Itu juga berkembang pesat saat ini.
Kepala daerah harus benar-benar perhatian ke sini, karena ini juga potensi kita Aceh mengejar ketertinggalan termasuk membuka lapangan pekerjaan. Kenapa saya bisa bilang lapangan pekerjaan? Ada data BPS mengatakan 7,4 juta pengangguran 82 persen di bawah umur 40 tahun. Berarti anak muda, termasuk generasi Z ada di situ. Data yang kedua, dalam 5 tahun terakhir dari 2020-2024 itu yang bekerja ke industri kreatif itu antara hampir 1 juta orang sampai 2,5 juta orang per tahun peningkatannya. Nah ini terkonfirmasi ketika saya bicara dengan beberapa rektor bahwa belasan ribuan orang yang lulus dari kampus atau universitas tersebut 5 tahun terakhir ini setelah mereka cek 50 % lebih itu tidak bekerja di bidang fakultas yang dia kuliah 4 tahun itu. Tapi dia bekerja ke industri kreatif. Ada yang jadi konten kreator.
Kemudian data yang ketiga, jadi dari 26,4 juta orang yang 2024 50 % juga di bawah 40 tahun yang bekerja di bidang ini. Artinya kalau kita lihat di sini data-data ini bahwa memang generasi muda kita itu akan semakin banyak yang bekerja di bidang industri kreatif. Karena generasi muda dia hanya suka bekerja yang sesuai passionnya. Nah memang kan sekarang dikatakan bahwa mencari kerja semakin sulit. Tidak hanya di Aceh, di tempat lain. Banyak yang mengatakan seperti itu. Memang kalau kita cari kerjanya di meja, lapangan pekerjaan yang konvensional, betul meja ini semakin kecil. Tapi kalau kita mau lihat meja lain, meja industri kreatif itu semakin luas lapangan kerjanya. Bahkan banyak orang yang bekerja di bidang ini, penghasilannya itu bisa lebih dari UMR di daerah tersebut. Banyak contoh-contoh tentang seperti itu. Itu kalau bisa mereka monetize. Nah kadang kan mereka tantangannya tadi saat kreasi, saat produksi, itu perlu pendampingan. Nah di situ yang butuh peran kita semua, tidak hanya kementerian, saya mengatakannya pendekatannya adalah pendekatan hexa helix, mana ini. Jadi melibatkan berbagai pihak dalam berkolaborasi. Jadi kan tantangannya pasti masalah data, masalah riset, masalah pendidikan mereka, formal atau informal, masalah pendanaan, masalah infrastruktur, pemasaran, insentif, masalah kekayaan intelektual dan perlindungannya.
* Apa yang yang harus dilakukan Pemerintah Aceh untuk pengembangan ekraf?
Pertama kan tentu kita berharap kelembagaan ekraf di Pemda atau di pemerintahan provinsi maupun kabupaten/kota ini segera terbentuk. Tapi itu kan baru kelembagaannya aja. Tapi jangan lupa juga, tolong juga diisi oleh orang-orang yang kreatif juga. Yang sense of kreatifnya juga ada. Kalau orangnya lemot, lambat, nggak ngerti, gaptek, itu kan susah juga. Harus cari orang yang pas lah untuk posisi-posisi ini. Sehingga nanti waktu berinteraksi dengan ekosistem, berinteraksi dengan komunitas, dengan para pegiat ekraf di daerah juga nyambung. Karena mereka ini rata-rata kalau terlalu birokrasi nanti akan lari lagi.
Setelah itu ada, tentu nanti juga akan kolaborasinya sambil jalan, kita juga jemput bola juga. Kita juga berkomunikasi dengan berbagai asosiasi. Kementerian ini mungkin lebih dari 120 asosiasi di bidang ini. Mereka juga punya cabang-cabang di daerah. Kita berkomunikasi terus, di mana kita bisa mendukung itu juga berjalan. Jadi, ya kelembagaan penting, tapi juga dari akademisi juga penting, ya ini semua ini juga harus mulai sama-sama kita suarakan potensi ini sambil kita petakan potensinya ada di mana dan di bidang apa.
* Kementerian ini juga sudah menandatangani MoU dengan Prancis, terkait apa MoU-nya?
Jadi memang kami juga ditugaskan salah satunya ekspor, ekspor ekonomi kreatif. Jadi memang kita juga sudah menandatangani satu dengan pemerintah Prancis. Tapi juga sedang menjajaki, lagi sudah persiapan draft yang sudah tinggal tanda tangan itu juga dengan Rusia. Kemudian juga dengan Saudi Arabia kita sedang juga pembicaraan awal dan beberapa negara lagi, banyak sebetulnya. Tapi intinya adalah bagaimana misalnya contoh kita bisa masuk ke pasar mereka. Tapi biasanya kan kerja sama ini kan harus mutual. Dia juga harus dapat akses pasar kita, kita juga akses pasar dia misalnya. Yang kedua mungkin juga untuk pelatihan-pelatihan yang kita bisa belajar ke sana mereka kadang juga banyak yang ingin belajar di sini. Atau magang, yang sudah bekerja di sini, profesional di sini ingin magang untuk nambah wawasan lagi ke sana dan sebaliknya. Jadi itu mungkin bentuk-bentuk kerja sama antar negara biasanya.
(Rianza Alfandi)
Ekonomiberitafuture
