Connect with us

News

Sosok Rayyan Arkan Dikha: Bocah Penari Pacu Jalur yang Membuat Dunia Terkesima dan Diundang Menteri


pinare.online

Nama Rayyan Arkan Dikha kini menggema tak hanya di Kuantan Singingi, Riau, tapi juga menembus batas dunia maya dan menarik perhatian publik nasional hingga internasional.

Bocah kecil ini bukan sekadar bagian dari tradisi Pacu Jalur, ia menjelma menjadi ikon yang menghidupkan semangat budaya lewat gerakan yang begitu kuat, khas, dan memesona.

Gaya khas Dikha saat menari di atas perahu panjang Pacu Jalur dinilai memiliki "aura framing"—istilah yang kini viral menggambarkan pesona dan ketegasan ekspresi dalam setiap geraknya.

Netizen ramai-ramai menyandingkan gesturnya dengan semangat para pendayung, membentuk tren tersendiri di media sosial.

Namun, di balik ketenaran itu, Dikha justru mengaku bahwa semua gerakan yang ia tampilkan lahir dari spontanitas, bukan hasil latihan atau arahan siapa pun.

"Endak (diajari)," katanya, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV, Minggu (6/7/2025).

Saat wartawan menanyakan apakah gerakannya direncanakan atau dilatih, Dikha hanya mengangguk—tanda bahwa setiap hentakan kakinya, setiap ekspresi wajahnya, benar-benar murni dari hati dan naluri.

Meski begitu, mimpinya begitu jelas: menjadi penari Pacu Jalur.

"Seneng (jadi anak tari), cita-cita jadi anak tari," ungkapnya.

Pacu Jalur sendiri adalah tradisi sakral yang telah hidup ratusan tahun di bumi Kuantan Singingi, lomba mendayung perahu panjang yang bukan hanya soal kekuatan, tapi tentang warisan, tentang kehormatan.


Dukungan dari Keluarga dan Dunia

Ibunda Dikha, Rani Ridawati, membenarkan bahwa sejak kecil anaknya memang sudah menunjukkan ketertarikan besar terhadap seni tari dalam Pacu Jalur.

"Rupanya dia serius ingin menjadi Anak Tari," tutur Rani, dilansir TribunPekanbaru.com.

Rani mengaku awalnya tak menyangka anaknya bisa menari seperti itu. Di rumah, kata dia, Dikha tak pernah memperlihatkan bakat menari yang luar biasa.

Tapi di atas perahu, ia berubah menjadi jiwa yang menyatu dengan arus, dengan budaya, dengan bangsanya.

"Saya tidak tahu jika dia bisa menari seperti itu, di rumah dia tidak pernah menari-nari seperti itu," lanjutnya.

Tak hanya dari dalam negeri, kini permintaan kolaborasi berdatangan dari berbagai belahan dunia. Konten kreator dari Amerika Serikat dan Jerman sudah menghubungi pihak keluarga.

Bahkan, seorang warga Dubai berniat datang langsung ke Kuantan Singingi setelah melihat video Dikha ditampilkan oleh akun resmi klub bola Paris Saint-Germain (PSG) di TikTok.

"Kemarin ada orang Dubai menyampaikan ke kami jika ia sangat kagum dan terkesan dengan tradisi Pacu Jalur dan ingin melihat langsung ke Kuansing," katanya, Jumat (4/7/2025).


Perhatian Nasional: Diundang Menteri Fadli Zon

Aksi luar biasa Dikha pun menggugah perhatian Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Melalui stafnya, sang menteri menyampaikan keinginan untuk bertemu langsung dengan bocah ajaib itu.

"Kemarin staf Pak Mentri Fadli Zon menelepon, ia ingin bertemu dengan Rayyan Arkan Dikha di Kemenbud," kata Azhar, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kuansing.

Namun, Dikha belum bisa langsung ke Jakarta karena masih bertanding bersama Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo di Rayon III Pangean. Diperkirakan, ia dan keluarganya akan berangkat setelah kompetisi selesai.

Pemkab Kuansing pun merasa bangga atas pencapaian dan dampak viral Dikha yang membawa nama daerah ke panggung dunia. Bupati Kuansing, Suhardiman Amby, bahkan telah mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) No. 25 Tahun 2025 untuk menjaga kelestarian tradisi Pacu Jalur.

Dalam peraturan itu, setiap tim diwajibkan menghadirkan Anak Tari, Togak Luan (komando), dan Tukang Onjai (juru kemudi), lengkap dengan pakaian adat Melayu. Pelanggaran terhadap aturan ini bisa berujung diskualifikasi.

Tak hanya menjaga tradisi, Perbup juga memuat komitmen terhadap pelestarian alam: setiap desa hanya boleh mengambil kayu untuk perahu setiap lima tahun, dan wajib melakukan penanaman kembali di lokasi penebangan.

Rayyan Arkan Dikha bukan hanya menari di atas jalur. Ia sedang menari di atas sejarah. Di pundaknya kini bertumpu harapan akan kebudayaan yang terus hidup, bergerak, dan menyentuh hati siapa pun yang menyaksikannya.

***

Sebagian artikel ini diolah dari
TribunPekanbaru


(TribunTrends/TribunPekanbaru)

Budayaberitafuture

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *