Mobil Kampanye Judi Rugi Hadir di CFD Jakarta, Korban Berbagi Pengalaman

Kampanye Judi Pasti Rugi kembali digelar. Kali ini mobil kampanye keliling tersebut hadir di
Car Free Day
(CFD) kawasan Thamrin, Jakarta. Pada pekan sebelumnya, mobil kampanye ini juga sudah hadir di CFD Depok.
Kampanye melawan judi online (judol) dengan mobil keliling tersebut digagas oleh Aliansi Judi Pasti Rugi yang terdiri dari GoPay, Gojek, Google, TikTok, dan Telkomsel dengan dukungan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI. Sampai saat ini mobil kampanye tersebut sudah berkeliling 17 kota.
Sekitar pukul 07.00 WIB, acara dibuka dengan tim GoTo Runners yang mulai melakukan Fun Run sepanjang 5 km di kawasan CFD. Tim tersebut berlari sambil berkampanye Judi Pasti Rugi kepada masyarakat yang beraktivitas di CFD.
Para pelari dari tim itu juga membawa berbagai macam alat peraga kampanye sampai meneriakkan slogan kampanye Judi Pasti Rugi.
Head of Region Marketing GoPay, Irwan Ari Wibowo, menjelaskan agenda ini merupakan kelanjutan dari tour Judi Pasti Rugi yang masih akan terus berlangsung ke berbagai daerah di Indonesia agar masyarakat dapat lebih teredukasi mengenai dampak judol.
“Mari kita jauhi judi online, judol bukan solusi, judol itu penipuan,” kata Irwan dalam kampanye Judi Pasti Rugi di CFD Sudirman, Jakarta Pusat pada Minggu (6/7).
Tak hanya Fun Run, agenda ini juga diisi dengan berbagai kegiatan. Mulai dari edukasi, talkshow, berbagi pengalaman dari mantan pemain judol, sampai berbagai permainan berhadiah.
“Nanti masyarakat yang hadir juga bisa membagikan pengalamannya terkait judi online, kita sediakan games menarik juga yang nantinya bisa berhadiah kaos maupun sembako,” imbuhnya.
Menurut Irwan, usai dari Jakarta sebagai ke kota ke-18, mobil kampanye Judi Pasti Rugi akan meneruskan perjalanannya ke beberapa kota ke arah timur Pulau Jawa. Setelah itu, mobil akan kembali ke Jakarta dan menyeberang ke Pulau Kalimantan hingga Sulawesi. Hingga akhir kampanye ini, targetnya akan ada 57 kota yang dikunjungi.
Judol dan Dampaknya ke Saluran Pembayaran Digital
Direktur Kepala Grup Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Diana Yumanita turut mengapresiasi keberadaan kampanye Judi Pasti Rugi yang juga melibatkan sektor swasta, yang diinisiasi GoTo. Menurutnya, edukasi ini merupakan pendekatan baru yang diharap bisa membentuk perhatian terhadap dampak judol.
“Tentu kita sadari bahwa fenomena judol itu sangat mengkhawatirkan. Ternyata jeritan hati para ibu, anak-anak itu luar biasa, dan memang yang cukup mengerikan ada anak kecil terpapar karena mereka enggak sadar dan masuknya dari game,” ujar Diana.
Ia juga berpesan agar masyarakat bisa mewaspadai iklan dengan embel-embel cepat kaya dalam bentuk permainan dan investasi palsu yang bisa berujung pada aktivitas judol. Selain itu, ia berharap masyarakat bisa mengenali ciri-ciri tautan yang mencurigakan serta mendorong agar masyarakat bisa melaporkan indikasi tautan judol ke penyelenggara layanan pembayaran digital maupun otoritas seperti BI dan Komdigi.
Judol Susupi Anak-anak sampai Ibu Rumah Tangga
Saat ini, judol tak hanya menyasar suatu kalangan usia secara spesifik. Praktisi digital dari ICT Watch Acep Syaipudin, menjelaskan kini segala kalangan usia sudah disusupi oleh berbagai kegiatan judol mulai dari muda sampai tua.
Untuk anak-anak, Asep mengungkap, dari temuannya terdapat indikasi aktivitas judol yang justru muncul dari game online. Temuan lainnya, judol juga menyusupi ibu rumah tangga.
“Di ICT Watch ini sudah menemukan di beberapa wilayah salah satunya ibu rumah tangga sampai uang belanja habis dipakai untuk top up, deposit bahkan ironisnya di sela-sela harusnya menyiapkan makanan, masak, dia ngumpet untuk main judol,” kata Asep.
Merespons hal tersebut, General Manager-Consumer Business Region Central Jabotabek Telkomsel Khairil Irfan Partomuan menjelaskan sebagai provider terbesar, Telkomsel juga sudah menghadirkan fitur Internet Baik agar masyarakat bisa mengetahui manfaat dan kerugian dari internet.
“Daripada kita main judi yang pasti rugi lebih baik kita cari yang lain yg bisa menghasilkan keuntungan pada pribadi, masyarakat maupun lingkungan,” kata Khairil.
Rugi Ratusan Juta, Judol Tak Pandang Bulu
Agenda ini turut menghadirkan mantan pemain judol asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) Erwin Erlani yang menceritakan pengalamannya rugi lebih dari Rp 800 juta selama kurang lebih 7 tahun bermain judol.
Ia bercerita sudah bermain judol sejak 2017 karena tergoda oleh temannya. Ia baru bisa berhenti 7 tahun kemudian. Erwin sebelumnya merupakan pekerja konstruksi di sebuah tambang dengan gaji hingga Rp 9 juta per bulannya. Saat masih kecanduan judol, ia bisa menghabiskan seluruh gajinya.
“Selalu deposit semua, paling menyisakan untuk beli rokok, jadi setiap gajian kalah, akhirnya penyesalan, niat itu ada untuk berhenti tapi selalu coba lagi. Untuk berhenti itu udah coba 2-3 tahun tapi berat juga, jadi berhentinya benar-benar karena capek. Kerja dua tahun habis semua, harta orang tua kena jual juga,” cerita Erwin.
Setelah bisa lepas dari jerat judol, Erwin kini turut mengedukasi masyarakat. Dalam kampanye Judol Pasti Rugi, Erwin mengungkit soal praktik judol yang selalu menggiurkan di awal karena memberikan keuntungan.
Cerita lain datang dari Hilda, pekerja swasta di Jakarta. Ia mengungkap salah satu teman kantornya yang sudah bekerja di level manajer, kecanduan judol.
Rekan kantor yang dianggap ‘kaya’ oleh Hilda dan teman-temannya itu, mulai meminjam uang untuk berbagai alasan. Hingga akhirnya terungkap, manajer tersebut telah terjerat judol.
“Dia sampe bilang orang tuanya sakit (untuk pinjam uang) sampai gongnya terakhir dia tuh di-cut dari kantornya dan sekarang dia enggak kerja apa-apa. Jangan coba-coba deh meski sekali doang tapi jangan. Orang yang sudah selevel manajer aja bisa kena,” kata Hilda.
Sementara Hani mengungkapkan orang di lingkungan tempat tinggalnya yang kecanduan judol justru pejabat publik.
“Nah itu lurah saya karena judol dia sampai pinjam dana dari petugas PPSU, itu miris juga masa pemimpinnya kaya gitu. Minjamnya sama PPSU pula dan itu di online (berita) dibilang dimutasi sekarang,” tuturnya.
Sosialberitafuture
