News
Lama Tak Terdengar, Pembangunan Bandara Bali Utara Kembali Viral

pinare.online
,
Jakarta
– Rencana pembangunan
bandara Bali Utara
kembali mencuat.
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar mengatakan, Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui proyek pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU).
“Kami telah mendapatkan persetujuan dari Presiden. Semua aspek teknis telah disiapkan dan kami akan berusaha mewujudkan Bandara Bali Utara dalam waktu dekat,” ujar Muhaimin, seperti dilansir dari
Antara
, 6 Juli 2025.
Rencana pembangunan bandara Bali Utara ini sudah diinisiasi sejak 2015 oleh I Made Mangku Pastika, Gubernur Bali periode 2013-2018. Bandara ini direncanakan bisa menampung 50 juta penumpang setiap tahun.
Pembangunan bandara dianggap bisa mengatasi kesenjangan antara kawasan Bali Utara dengan Bali Selatan.
Selama beberapa dekade, pembangunan Bali terpusat di wilayah selatan—seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan yang menjadi rumah bagi pantai Kuta, Canggu, hingga Jimbaran.
Sebaliknya, wilayah utara seperti Buleleng cenderung tertinggal. Akses jalan yang sempit dan berliku membuat perjalanan dari Buleleng ke Bandara Ngurah Rai bisa memakan waktu 3 hingga 4 jam.
Hal ini berdampak pada ketimpangan sosial dan ekonomi yang mencolok. Dari 16,3 juta
wisatawan
yang datang ke Bali tahun lalu, hanya sekitar 600 ribu yang mengunjungi Buleleng.
Padahal
Buleleng
adalah kabupaten terpadat di Bali dihuni oleh 826.000 orang. Tingkat pengangguran dan kemiskinan pun menjadi yang tertinggi di provinsi ini.
“Anak-anak muda di desa kami semua merantau ke Bali Selatan atau luar negeri untuk mencari pekerjaan,” ujar Made Sudirsa, kepala desa di sekitar lokasi bandara yang direncanakan.
Bandara Bali Utara ini juga untuk mengatasi kapasitas Bandara Internasional
Ngurah Rai
yang mulai padat.
Dilansir dari
Channel News Asia
, Bandara Ngurah Rai saat ini telah mendekati kapasitas maksimalnya, yakni 24 juta penumpang per tahun. Pada 2024 saja, bandara ini mencatat 23,6 juta penumpang.
Selama musim libur seperti Natal dan Tahun Baru, aktivitas di Bandara Internasional Ngurah Rai bisa mencapai 400
penerbangan
per hari. Luas bandara yang hanya 269 hektare membuat mustahil melakukan ekspansi lebih jauh.
"Karena keterbatasan lahan, Ngurah Rai tidak bisa dikembangkan lagi. Satu-satunya solusi jangka panjang adalah membangun bandara baru di wilayah utara," ujar Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun.
Pemerintah pun memasukkan proyek BIBU ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Rencananya, bandara ini akan dibangun di atas pulau buatan seluas 900 hektare di wilayah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.
Proyek ini akan mencakup pembangunan kota metropolitan baru yang dilengkapi hotel bintang lima, pusat konvensi, hingga kawasan industri perfilman bertajuk
Baliwood
. Aksesnya juga akan diperkuat dengan jalan tol sepanjang 60 km yang menghubungkan Kubutambahan ke Mengwi, serta rel kereta api ke Ngurah Rai.
CEO PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Hariwibowo, menyatakan proyek ini telah siap menunggu keputusan akhir dari Kementerian Perhubungan.
“Kami optimistis. Harapannya, pada 2027 satu landasan pacu sudah bisa digunakan,” ujarnya. Pro-Kontra dan Tantangan Lingkungan
Meski banyak warga mendukung, tidak sedikit yang menentang. Mereka khawatir terhadap dampak ekologis dan sosial seperti penggusuran, kerusakan lingkungan, hingga perubahan budaya.
“Kami tidak ingin Buleleng berubah seperti Bali Selatan: desa-desa hilang, sawah dan hutan lenyap,” kata Ketut Artawan, warga Kubutambahan.
Kritikus juga meragukan kelayakan proyek ini dengan menyebut kegagalan bandara-bandara baru seperti Kertajati (Jawa Barat) dan Dhoho (Kediri) yang hingga kini masih sepi penerbangan.
“Tantangan utama adalah pendanaan dan keberlanjutan operasionalnya,” ujar analis penerbangan, Chappy Hakim.
Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga tidak setuju dengan pembangunan bandara ini. Menurut Megawati, pembangunan bandara itu hanya menguntungkan turis dan membuang anggaran.
Namun, bagi banyak pihak, pembangunan BIBU adalah langkah strategis untuk mendistribusikan pariwisata dan pembangunan secara merata.
“Di selatan, turis terjebak macet dan tidak mendapat kamar hotel. Ini merusak citra Bali. Kita tidak bisa biarkan pembangunan hanya di selatan,” tegas Anak Agung Ngurah Sukarsana dari Gianyar.
Kementerian Perhubungan belum menetapkan lokasi pembangunan bandara internasional Bali Utara.
"Rencana Bandara Bali Utara sampai saat ini belum memiliki penetapan lokasi bandar udara namun sudah diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Bali sebagai pemrakarsa usulan penetapan lokasi Bandara Bali Utara," kata Kepala Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Endah Purnama Sari pada 5 Juli 2025.
Syahdi Muharram
turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.Ekonomiberitafuture
