News
Jokowi Dituduh Cetak Ijazah di Pasar Pramuka, Pengamat Minta UGM dan Jokowi Buktikan

pinare.online, JAKARTA –
Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa), memberikan tanggapannya mengenai polemik ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang sampai kini tidak kunjung selesai.
Bahkan dalam tudingan terbarunya, ijazah Jokowi disebut-sebut dicetak di Pasar Pramuka.
Menanggapi hal itu, Hensa mempertanyakan sikap Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebab, sampai saat ini UGM merespons secara tegas terkait dengan polemik ijazah Jokowi ini.
Dia menilai, hal ini justru akan merugikan UGM terkait nama besarnya sebagai institusi pendidikan tinggi apabila terlalu lamban merespons.
"Menurut saya, ini akan merugikan UGM jika tidak merespons polemik ijazah Jokowi ini dengan serius, apa lagi sampai disebut dicetak di Pasar Pramuka, harus dibuktikan dengan cepat," kata Hensa, Minggu (6/7/2025).
Hensa mengatakan, sudah saatnya UGM dan Jokowi tampil bersama untuk menyelesaikan polemik ini agar tidak menjadi isu liar ke depannya.
Dari perspektif komunikasi politik, Hensa menegaskan bahwa absennya respons resmi dari UGM dapat memicu krisis kepercayaan publik, terhadap institusi pendidikan ternama tersebut.
“Sebagai institusi yang mengedepankan integritas akademik, UGM harus merespons dengan segera. Jika tidak, narasi liar seperti ‘ijazah dicetak di Pasar Pramuka’ akan semakin menguat di ruang publik dan sulit dikendalikan,” ujar Hensa.
Dirinya menjelaskan, komunikasi yang lamban atau ambigu dari UGM dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memperkeruh situasi, yang pada akhirnya tidak hanya merugikan Jokowi, tetapi juga reputasi UGM sebagai penerbit ijazah.
Oleh karena itu, menurutnya sudah saatnya UGM dan Jokowi tampil bersama untuk menyelesaikan polemik ini, dengan menunggu kondisi Jokowi sehat.
“Ini sudah saatnya UGM dan Jokowi tampil bareng untuk menyelesaikan polemik ijazah tersebut, namun menunggu pak Jokowi kondisinya sehat tentunya,” kata Hensa.
Hensa juga menilai seharusnya alumni UGM juga merespons polemik ijazah Jokowi secara serius.
Ia berpendapat, tidak adanya respons dari alumni-alumni UGM ini justru akan menambah kecurigaan publik, terhadap nama besar UGM.
“Jika alumni-alumni UGM ini hanya diam, maka akan menambah kecurigaan publik bahkan menimbulkan spekulasi adanya kerja sama antara UGM dengan percetakan-percetakan di Pasar Pramuka,” ungkapnya.
Selanjutnya Hensa mengingatkan, respons dari UGM ini justru yang paling ditunggu oleh masyarakat saat ini.
Kata Rocky Gerung
Sebelumnya, Rocky Gerung juga menekankan pentingnya peran Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam menjernihkan isu ini.
Ia menyebut bahwa publik kini menanti kejujuran dari UGM untuk secara terbuka memperlihatkan dokumen asli ijazah Jokowi guna mengakhiri polemik.
"Permainan besar bagi publik adalah kejujuran dari UGM. Alumni UGM sudah memberi ultimatum kepada rektor supaya mengundurkan diri jika tidak bisa memastikan kebenaran," tegas Rocky.
Lebih lanjut, ia mendesak agar Jokowi secara legawa memperlihatkan ijazah tersebut kepada publik.
“Kalau memang tidak ada yang disembunyikan, kenapa tidak ditunjukkan saja?” katanya.
Dalam pernyataannya, Rocky juga menyebut bahwa Presiden RI saat ini, Prabowo Subianto, kemungkinan besar menunggu penyelesaian dari polemik ijazah ini.
Meski Prabowo tidak bisa secara langsung menuntut kejelasan karena alasan etika, Rocky meyakini bahwa Prabowo ingin lembaga-lembaga resmi bersikap jujur.
"Presiden Prabowo tentu menunggu itu, karena tidak mungkin dia yang menuntut langsung. Tapi kelihatannya beliau juga berharap bahwa lembaga-lembaga resmi seperti UGM dan KPU mengucapkan kejujuran," ujar Rocky.
(*)
Pendidikanberitafuture
