Connect with us

News

Berhamburan Dengar Kodok: Mengenal Emosi Gajah Sumatera


JAMBI, pinare.online

– Malam pertama menempati kandang terbuka di tengah hutan membuat gajah-gajah jinak yang baru datang dari Lampung berhamburan saat mendengar suara kodok.

Tidak hanya suara kodok, satwa raksasa di Pulau Sumatera ini juga takut dengan suara gagak dan kucing.

Pengalaman pertama gajah jinak tinggal di tengah hutan masih lekat dalam ingatan pawang gajah (mahout).

"Gajah yang besar takut dengan kodok yang kecil. Lucu sekali," kata Peri, pawang gajah, saat berbincang dengan pinare.onlinedi pusat informasi konservasi gajah (PIKG) pertengahan Juni 2025 lalu.

Setidaknya membutuhkan waktu hampir sebulan, kata dia, gajah akhirnya tidak merasa takut dengan suara kodok.

Ketika merasa takut dengan suara kodok saat tinggal di PIKG, Desa Suo-suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, gajah akan mengeluarkan suara lolongan panjang.

"Rasa takut itu seperti menyebar. Kami meyakini suara lolongan itu membuat gajah lainnya waspada," kata dia.

Namun, ketakutan pada suara kodok, kata Peri, tidak berlaku bagi gajah liar yang telah hidup di hutan sejak lahir.

Selain dengan sentuhan fisik, sinyal emosi gajah dikenali melalui suara untuk menunjukkan rasa takut, senang, dan marah. "Yang mudah terlihat komunikasi perasaan gajah dengan belalai dan telinga, kalau suara butuh kepekaan," kata dia.

Setelah hampir lima tahun menjadi pawang gajah, Peri mengenali luapan rasa senang gajah dengan dengusan halus.

"Kalau dikasih makanan yang disukai, gajah sering mengeluarkan suara dengusan lembut, tandanya dia senang. Kalau kita elus juga senang, ada suara dengusan lembut,” kata Peri.

Pengalaman pawang gajah relevan dengan hasil penelitian Alexander Mossbrucker.

Dalam bukunya,

Island Elephants: The Giants of Sumatera

, ia menyebut emosi gajah terdeteksi dengan vokalisasi suara yang dapat menggambarkan ketakutan, kemarahan, dan kesenangan.

Gajah menggunakan suara untuk orientasi, mendeteksi ancaman, dan berkomunikasi melalui repertoar vokal yang kaya.

Selain trompet gajah yang fenomenal, gajah mampu menghasilkan berbagai macam suara yang berbeda, mulai dari mencicit bernada tinggi hingga jeritan yang sangat keras, gemuruh (rumble) yang dalam, dan auman yang menakutkan.

"Semua dengan arti atau fungsi tertentu," kata Alex.

Kemampuan gajah menangkap suara dengan frekuensi rendah membuat ia dapat memancarkan suara yang sangat dalam yang disebut “infrasonik".

Ekspresi senang biasanya muncul dalam suara gemuruh, tetapi dengan frekuensi yang begitu rendah.

Emosi Gajah

Sementara itu, Joyce Poole dari ElephantVoices menemukan bahwa emosi gajah bisa dikenali dari suara mereka, termasuk frekuensi, durasi, dan konteks perilaku saat suara itu dikeluarkan.

Gajah memiliki beragam vokalisasi, dari trompet keras, gemuruh dalam frekuensi rendah (infrasonik), hingga dengusan dan lolongan.

"Masing-masing mencerminkan kondisi psikologis dan sosial mereka," kata Poole.

Vokal kemarahan gajah memiliki frekuensi yang tinggi dengan tekanan suara yang kuat, sering berupa trompet mendadak.

Biasanya disertai gerakan fisik seperti mengangkat kepala, mengibas telinga, dan bahkan mengejar.

Kendati suaranya bergemuruh bak trompet, durasinya terbilang pendek namun intens.

Hasil pengukuran bunyi itu menunjukkan angka frekuensi tinggi, yakni di atas 300 Hz.

"Tentu suara ini keluar disertai dengan perilaku agresif, seperti menyeruduk, mengangkat kepala, dan melangkah cepat ke arah musuh atau sumber ancaman," katanya.

Gajah menggunakan suara infrasonik yang sangat rendah (antara 14–35 Hz) untuk mengekspresikan kebahagiaan dan hubungan sosial.

"Manusia tidak selalu bisa mendengarnya secara langsung, tapi peralatan perekam bisa menangkapnya," kata dia.

Suara takut gajah mirip dengan suara panik karena tinggi dan sedikit melengking, tetapi kadang disertai getaran tanah yang kuat.

Suara ketakutan ini memiliki ciri nada tinggi dan melengking, terkadang bercampur dengan gemuruh cepat.

Respons terhadap rasa takut ini, kata Poole, ditandai dengan pergerakan individu gajah kepada kelompok yang lebih besar, kemudian menyentuh individu lain dengan belalai.

Jika tidak ada tempat perlindungan dari kawanan, individu gajah akan segera berlari menjauh dari sumber ketakutan.

Apabila suara ini muncul dalam kawanan besar, maka memiliki efek menular, dalam arti positif.

Jika seekor gajah merasa panik, komunikasi suara yang dihasilkan memicu kawanan lain untuk waspada dan bergerak bersama, menunjukkan kekuatan komunikasi emosional mereka.

Gajah di alam liar saling berinteraksi dengan suara untuk memberikan sinyal pada kawanan terkait ancaman maupun sumber kebahagiaan.

Tidak hanya bersuara, mereka juga bergerak untuk menegaskan emosi.

Budayaberitafuture

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *