News
3 Sekolah SMA di Bandung Kekurangan Siswa Baru di SPMB 2025

pinare.online
– Berikut ini daftar sejumlah sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar) yang sepi peminat alias sedikit pendaftar di sistem penerimaan murid baru (SPMB) 2025.
Kurang lebih ada tiga sekolah SMA di Kota Bandung yang bernasib kurang baik di SPMB 2025.
Dari proses SPMB yang digelar sampai tanggal 1 Juli 2025 lalu, yang daftar di sekolah tersebut belum memenuhi kuota yang telah disediakan.
Artinya, ketiga sekolah tersebut masih kekurangan peserta didik baru.
Kekurangan siswa dalam ajaran baru ini, tentu dikhawatirkan dapat berdampak pada target kinerja guru sertifikasi untuk memenuhi standar profesionalitas sebagai tenaga pengajar.
Daftar 3 SMA Swasta di Kota Bandung Sepi Pendaftar
1. SMA Pendidikan Membangun Bangsa (PMB)
Hingga kini, SMA Pendidikan Membangun Bangsa (PMB) baru memiliki 12 calon murid atau pendaftar.
Kepala SMA PMB, Nurlaela, mengaku kondisi itu membuatnya khawatir target kinerja guru yang sudah sertifikasi tidak terpenuhi.
Nurlaela mengungkapkan, enam guru yang sudah sertifikasi di SMA PMB, minimalnya harus mengajar selama 24 jam setiap pekannya untuk memenuhi target kinerjanya.
"Kami baru menerima 12 murid baru, dan pasti akan kesulitan bagi guru yang sertifikasi untuk memenuhi target kinerjanya," kata Nurlaela saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Sabtu (5/7/2025), dilansir TribunJabar.id.
Dijelaskannya, para guru sertifikasi di SMA swasta yang berlokasi di Jalan Arcamanik, Kota Bandung itu mau tidak mau harus mengajar di sekolah lain demi memenuhi target kinerja selama 24 jam perminggu.
Sebab, tugas sebagai wali kelas, pembina ekstrakurikuler, pembina osis, hingga lainnya nilai bobotnya hanya dua jam, dan tidak mungkin hanya diberikan kepada satu guru.
Dengan demikian, mereka harus memenuhi kekurangan jam mengajarnya di sekolah lain meski tidak menjamin 100 persen target kinerjanya langsung terpenuhi.
"Kan, sekolah (swasta) yang lain juga kondisinya sama-sama kekurangan murid baru, sehingga tidak mudah untuk mencari jam mengajar tambahan ini," terang Nurlaela.
Menurut Nurlaela, minimnya jumlah siswa baru yang mendaftar ke SMA PMB baru terjadi tahun ini, karena dampak dari rencana penambahan jumlah rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri.
Pada tahun lalu, SMA PMB menerima pendaftaran puluhan siswa baru yang dibagi menjadi dua rombel.
Tetapi, kali ini hanya terdapat 12 siswa baru yang mendaftar.
Padahal, tahun ajaran baru akan dimulai tidak lama lagi, namun melihat minimnya jumlah siswa baru yang mendaftar di SMA PMB membuatnya cukup sedih.
"Kebijakan penambahan rombel dari 36 siswa menjadi 50 siswa di sekolah negeri ini seperti memadamkan nasib guru sertifikasi di sekolah swasta," ungkap Nurlaela.
2. SMA PGRI 2 Bandung
Bernasib sama, SMA PGRI 2 Bandung juga baru menerima 12 calon siswa dalam pelaksanaan SPMB 2025.
Padahal, target sekolah swasta yang berlokasi di Jalan Cipagalo Girang, Kota Bandung itu adalah menerima 128 siswa baru yang akan dibagi menjadi empat rombel.
Kepala SMA PGRI 2 Bandung, Tatang Jatnika, mengakui kondisi ini membuat mereka kebingungan mengatur rombel untuk memenuhi target kerja minimal guru yang sudah sertifikasi.
Terlebih, lanjut Tatang, apabila jumlah siswa baru yang mendaftar di SMA PGRI 2 Bandung tidak bertambah hingga Tahun Ajaran Baru 2025/2026 dimulai pada 14 Juli 2025.
"Kami sangat membutuhkan siswa dan rombel, karena untuk membantu guru yang sudah sertifikasi," ujar Tatang Jatnika saat dihubungi melalui pesan singkatnya, Rabu (2/7/2025), dilansir TribunJabar.id.
Tatang mengatakan, berdasarkan aturan tahun lalu setiap guru yang telah sertifikasi diberikan beban kerja minimal 24 jam tatap muka perminggu yang linier sesuai mata pelajaran.
"Di Dapodik yang sekarang belum tahu kalau kurang 24 jam bisa atau tidak, tetapi semoga apabila kurang dari 24 jam tetap bisa turun SK TPG-nya," jelas Tatang.
Menurut Tatang, kini hampir seluruh sekolah swasta kondisinya cukup memprihatinkan akibat rencana Pemprov Jabar bakal menambah jumlah rombel dari 36 siswa menjadi 50 siswa.
Berdasarkan penuturan Tatang, minimnya jumlah siswa baru yang mendaftar ke SMA PGRI 2 baru terjadi pada tahun ini, karena di tahun-tahun sebelumnya masih menerima minimal dua rombel.
Meski demikian, pihaknya memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap akan dilaksanakan ketika tahun ajaran baru dimulai meski terasa berat, karena baru menerima 12 siswa baru.
"Mudah-mudahan, setelah pengumuman hasil SPMB di sekolah negeri, jumlah siswa baru yang mendaftar bisa bertambah hingga memenuhi kuota empat rombel," tutur Tatang.
3. SMA Guna Dharma Kota Bandung
SMA Guna Dharma Kota Bandung juga masih kekurangan siswa dalam pelaksanaan SPMB 2025 ini.
Kepala SMA Guna Dharma, Ade D Hendriana, menyebutkan, di sekolahnya baru ada 15 siswa yang mendaftar sejak SPMB dibuka.
Padahal, kata Ade, SMA Guna Dharma membuka pendaftaran SPMB lebih awal dibanding sekolah negeri.
Tetapi nyatanya, sejauh ini SMA swasta yang berada di Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung itu masih kekurangan siswa baru.
"Tidak sedikit juga calon murid baru yang mencabut berkasnya setelah mendaftar di SMA Guna Dharma," ucap Ade saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Rabu (2/7/2025), dilansir TribunJabar.id.
Ade menuturkan, SMA Guna Dharma menyediakan kuota SPMB sebanyak 108 siswa baru yang akan dibagi menjadi tiga rombel.
Pihaknya mengaku, sebelumnya terdapat 25 calon murid baru yang mendaftar.
Tetapi, sejumlah calon murid baru mencabut berkas pendaftarannya karena hendak berikhtiar untuk mengikuti SPMB tahap dua di sekolah negeri.
"Awalnya, kami menerima pendaftaran 28 siswa baru, kemudian ada 3 orang yang cabut berkas untuk mengikuti SPMB tahap dua, sehingga tersisa 25 orang," beber Ade.
Ade mengungkapkan, dari 25 calon murid baru itupun 10 orang di antaranya turut mencabut berkas, sehingga kini SMA Guna Dharma hanya memiliki 15 calon siswa baru.
Ia juga menduga banyaknya calon murid baru yang mencabut berkas karena kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat yang berencana menambah jumlah rombel dari 36 siswa menjadi 50 siswa.
"Kondisi ini baru terjadi sekarang, karena di tahun-tahun sebelumnya aman, tidak kekurangan siswa baru, dan kuota rombel yang disediakan juga terpenuhi semua," kata Ade.
Ade memaparkan SMA Guna Dharma memiliki enam rombel, masing-masing tiga rombel kelas XI dan XII yang mana setiap rombel diisi 36 siswa.
Jika pada akhirnya tidak ada penambahan siswa baru yang mendaftar pada SPMB kali ini, Ade memastikan proses KBM Tahun Ajaran baru 2025/2026 tetap berjalan seperti biasanya.
"Mau bagaimana lagi, KBM harus tetap berjalan, karena kondisi kekurangan siswa juga terjadi hampir di seluruh sekolah swasta di Jawa Barat," ujar Ade.
Penjelasan Disdik
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat, Purwanto, menjelaskan penambahan siswa dalam setiap rombel dari 36 menjadi 50 itu untuk memfasilitasi lebih banyak siswa di sekolah negeri.
Lantaran, menurut Purwanto, Pemprov Jawa Barat ingin memberikan pelayanan semaksimal mungkin, sehingga jika anak-anak di Jabar ingin masuk sekolah negeri maka harus dilayani.
Purwanto pun merespons kekhawatiran sekolah swasta yang masih kekurangan siswa walaupun membuka pendaftaran SPMB lebih awal dibanding sekolah negeri hingga menurunkan kualitas pendidikan di Jabar.
Pihaknya lantas meyakini hal itu tidak akan terjadi, dan sekolah swasta di Jabar juga diyakini tetap bertahan mengingat masih banyaknya lulusan SMP yang tidak tertampung di SMA maupun SMK negeri.
"Kan, daya tampung sekolah negeri di Jawa Barat dari mulai SMA, SMK, MA, dan SLB itu 329 ribu, tetapi jumlah lulusan SMP mencapai 700 ribuan, sehingga separuhnya akan masuk ke (sekolah) swasta," papar Purwanto.
Oleh karenanya, dibanding mengkhawatirkan potensi sekolah swasta bakal tutup akibat kekurangan siswa, Purwanto mendorong sekolah swasta di Jabar meningkatkan layanan dan kualitas pendidikannya.
Purwanto menilai jika layanan maupun kualitasnya meningkat, maka akan meningkatkan minat masyarakat Jabar untuk mendaftarkan anak-anaknya di sekolah swasta.
Bahkan, lanjut Purwanto, masyarakat dipastikan akan datang dengan sendirinya apabila sekolah swasta benar-benar memiliki layanan, pengelolaan, hingga pembelajaran yang berkualitas.
"Kalau kualitas pembelajarannya di sekolah swasta meningkat, kami meyakini masyarakat akan datang sendiri, dan mereka pasti mencari-cari," tutur Purwanto.
Artikel ini telah tayang di
Tribunnews.com
Pendidikanberitafuture
