Jalan Toba-Batas Labura Siap Diresmikan 2026

pinare.online, BALIGE –
Pembangunan jalan Toba – Batas Labura diperkirakan berlangupada tahun 2026.
Hal ini disampaikan oleh Bupati Toba Effendi Napitupulu saat pelaksanaan Musrenbang, Jumat (4/7/2025). Ia terangkan, rencana pembangunan tersebut telah ada sejak dilantik sebagai kepala daerah.
"Memang, informasi yang bisa sampaikan hari ini bahwa pada saat kita dilantik sebagai kepala daerah, Pemprovsu telah merancang untuk melakukan perbaikan ruas jalan Toba – Labura," tutur Bupati Toba Effendi Napitupulu, Minggu (6/7/2025).
Awalnya pembangunan ruas jalan yang memiliki panjang sekitar 8 kilometer ini bakal dilakukan pada tahun ini.
"Memang, direncanakan berlangsung pada tahun anggaran 2025, tetapi seiring perkembangan kondisinya seperti yang disampaikan pihak kepala UPT, pengerjaannya akan berlangsung pada anggaran tahun 2026," terangnya.
Masyarakat sekitar pembangunan jalan tersebut adalah petani sawit. Selama ini, mereka alami kesulitan saat mengantarkan hasil tani sawit ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mereka harus menghabiskan waktu hampir tiga hari untuk pengantaran hasil tani.
Bila jalan tersebut sudah dibangun, maka petani setempat akan menempuh perjalanan sekitar 30 menit sampai ke PKS. Artinya, pembangunan jalan tersebut amat dirindukan masyarakat sekitar.
Alasan pembangunan jalan yang bersumber dari dana bagi hasil sawit tidak bisa digunakan di lokasi tersebut karena statusnya jalan provinsi, bukan kabupaten.
Oleh karena itu, dana bagi hasil sawit yang diterima Pemkab Toba digunakan untuk wilayah Kecamatan Meranti Pohan.
"Dana bagi hasil kita dapatkan untuk daerah penghasil sawit itu dari pemerintah pusat. Dan, kebetulan tahun ini, kondisi saat ini, dana bagi hasil tersebut yang kita dapatkan sebesar Rp 7 miliar dan itu dibagi dengan wilayah Pintu Pohan," tuturnya.
"Kegiatan yang kita rencanakan itu untuk daerah Kecamatan Nassau adalah perbaikan ruas jalan yang hampir terputus. Tahun ini akan kita rencanakan pembangunan tembok penahan tanah," sambungnya.
"Kenapa tidak bisa kita gunakan dari dana bagi hasil, karena ruas jalan tersebut adalah jalan provinsi, bukan kabupaten," tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Tribun Medan sambangi daerah tersebut, Desa Cinta Dame, Kecamatan Nassau, Kabupaten Toba. Karena jalan penghubung belum juga dijamah pemerintah, masyarakat alami kesulitan besar mengirimkan hasil pertanian dari kawasan tersebut ke Kabupaten Labura.
Hasil pertanian yang ada di kawasan tersebut bervariasi; sawit, kakao, karet, tanaman plawija, padi, nilam dan tanaman lainnya yang dinilai memiliki peluang besar memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Toba.
Di kawasan tersebut terlihat para petani memiliki kemauan yang kuat bertani secara khusus tanaman yang tumbuh di daerah panas, misalnya sawit, kakao, dan karet.
Kepala Desa Cinta Damai Hasang, Kecamatan Nassau, Kabupaten Toba Purba Nababan menuturkan kerinduan mereka akan diperbaikinya jalan penghubung Kabupaten Toba dan Kabupaten Toba tersebut.
“Jaraknya hanya 19 kilometer lagi ke Labura dari sini. Kita di sini tengah bergiat bertani, khususnya tanaman-tanaman yang jadi penambah PAD kita, misalnya sawit dan karet. Bila jalan ini sudah diperbaiki, saya yakin masyarakat di sini akan semakin bersemangat dan kita bisa lebih maju,” ungkap Kepala Desa Cinta Damai Hasang Purba Nababan.
Hingga saat ini, masyarakat sekitar harus mengirim hasil pertanian ke kawasan Pulau Raja yang berada di kawasan Asahan, Labuhan Batu Utara yang berjarak sekitar 200 kilometer dan memakan waktu pengiriman selama 1,5 hari.
Artinya, pengiriman dan kembali ke desa tersebut memakan waktu hingga 3 hari.
“Kita masih mengirimkan hasil tani, seperti sawit dari kampung kita ini dengan susah payah. kita harus melintas dari Porsea menuju Pulau Raja yang ada di Asahan sana," tutut Pusing Nababan (47).
"Itu jaraknya sekitar 200 kilometer dengan kualitas jalan yang sebagian rusak. Ini kan membuat kita merasa terganggu dan merugi,” sambungnya.
Karena pengiriman memakan banyak waktu, para petani harus mengumpulkan sawitnya terlebih dahulu dan menunggu truk pengangkut.
Karena hasil panen sempat tertahan dan bermalam, sawit pun menyusut sehingga menambah kerugian bagi para petani.
Terkait jarak ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di kawasan Asahan berjarak 200 kilometer, petani sawit pun akan merelakan sebesar Rp 450 hingga 600 per kilogram sawit untuk biaya pengiriman.
Namun, bila jalan penghubung Toba – Batas Labura, biaya jasa pengiriman sawit akan semakin sedikit.
(cr3/pinare.online)
Baca berita
TRIBUN MEDAN
lainnya di
Google News
Ikuti juga informasi lainnya di
Facebook
,
Instagram
dan
Twitter
dan
WA Channel
Berita viral lainnya di
Tribun Medan
Ekonomiberitafuture
