News
Menangis dan Memohon, Istri Para Tahanan Minta Dedi Mulyadi Lepaskan Suami Mereka

pinare.online
Sejumlah istri dan ibu dari para tersangka kasus perusakan rumah singgah yang dijadikan tempat retret pelajar Kristen di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mendatangi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Dengan isak tangis, mereka memohon agar suami dan anggota keluarga mereka yang ditahan dibebaskan.
Beberapa dari mereka datang sambil menggendong bayi, bahkan dalam kondisi hamil besar.
Seperti diketahui, polisi telah menetapkan tujuh tersangka dalam kasus ini.
“Saya mohon ya, Pak (anak dibebaskan). Anak saya ditahan, belum kerja. Saya enggak punya suami, suami saya sudah meninggal,” ujar seorang ibu sambil menangis di hadapan Dedi Mulyadi dikutip dari video di akun Youtube Dedi Mulyadi yang ditayangkan Minggu (6/7/2025).
Putranya, Encek Maulana, yang disebutnya lulusan SMK di Cicurug dan biasa bekerja serabutan sebagai tukang steam motor, kini menjadi salah satu tersangka.
“Kadang-kadang dia kerja steam motor, tapi enggak seberapa. Umurnya 27 tahun,” tambah sang ibu.
Dedi pun menanggapi bahwa dirinya tidak memiliki kewenangan untuk mengintervensi proses hukum.
Namun ia menegaskan akan memperhatikan kondisi sosial keluarga-keluarga yang kini kehilangan tulang punggungnya.
“Saya gubernur, saya tidak bisa mengeluarkan orang dari tahanan. Itu kewenangan penyidik. Tapi saya bisa bantu dari sisi sosial karena ibu sekarang kehilangan pencari nafkah,” ujar Dedi.
Cerita serupa datang dari istri Sabil, yang sehari-hari bekerja di pabrik air minum.
Ia menuturkan kesedihan anaknya yang baru berusia empat tahun dan terus mencari keberadaan ayahnya.
“Anak saya tanya terus, ‘ayah ke mana?’ Saya jawab kerja. Dia minta dibuatin agar-agar untuk makan bareng ayah. Pas ada mobil lewat, dia lari, teriak ‘ayah, ayah!’ ternyata mobil tetangga,” kisahnya sambil terbata.
Sabil sendiri disebut terlibat dalam aksi penurunan salib saat kerusuhan terjadi.
“Dia enggak punya kuota (internet). Pas pagi keluar rumah, katanya ramai demo. Dia sempat salat Ashar, terus turun lagi. Tahu-tahu ditangkap,” kata sang istri.
Istri dari Ncep Mulyana, pekerja serabutan, juga hadir dan mengungkapkan bahwa kini ia harus menghidupi empat anak sendirian, dua di antaranya masih duduk di bangku SD.
“Setiap hari anak saya tanya, ‘bapak ke mana?’ Saya jawab kerja. Padahal dapur sudah mulai kosong, kami hidup dari tabungan,” ucapnya.
Ada pula istri dari Hedi Hermawan, yang disebut memiliki empat istri dan bekerja jualan es di pabrik, serta istri dari Yudi, yang aktif di partai politik.
“Suami saya sempat mau melerai keributan. Tapi akhirnya ikut terseret juga,” ungkap istri Yudi.
Kondisi paling menyayat datang dari istri Risman. Dalam keadaan hamil delapan bulan, ia tak tahu harus bagaimana menghadapi persalinan pertamanya.
“Saya bingung, Pak. Mau melahirkan enggak ada suami, enggak ada orangtua,” katanya sembari mengusap air mata.
Menanggapi kondisi tersebut, Dedi Mulyadi berjanji akan membantu secara sosial, khususnya untuk kebutuhan dapur dan persalinan para istri tersangka.
“Persoalan hukum biarlah berjalan sesuai prosesnya. Tapi soal dapur, soal kebutuhan dasar keluarga, itu tanggung jawab saya sebagai gubernur,” tegasnya.
Para istri juga memohon agar bisa difasilitasi bertemu dengan Wedi, pemilik rumah singgah yang menjadi lokasi insiden.
Mereka berharap bisa menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
“Kami sudah minta maaf lewat video. Tapi belum bisa bertemu langsung. Kami mohon Bapak bisa pertemukan,” pinta salah satu warga.
Menurut warga, selama ini hubungan dengan pemilik rumah singgah berjalan baik.
Warga mengaku sudah 22 tahun hidup berdampingan dan rukun.
"Dulu itu gudang jagung. Enggak pernah ada konflik agama,” kata seorang warga.
Dedi kemudian menegaskan bahwa ia berdiri di tengah sebagai gubernur untuk semua warga. Ia meminta keluarga bersabar dan menyerahkan proses hukum kepada kuasa hukum masing-masing.
Sosialberitafuture
