Connect with us

News

Togak Luan Menembus Dunia: Arti Gerakan Bocah Penari Pacu Jalur Riau yang Viral


pinare.online

Gerakan Togak Luan menjadi trending di media sosial. Apa arti Togak Luan?

Belakangan ini video bocah penari pacu jalur yang berjoget di ujung sampan tengah viral hingga ke luar negeri.

Gerakan dan joget ini banyak ditirukan warganet di Tiktok, bahkan atlet dunia hingga klub AC Milan turut mengikuti tren tersebut.

Dalam beberapa video yang viral, salah satu bocah yang menjadi penari di pacu jalur bernama Rayyan Arkhan Dhika .

Ia berasal Desa Pintu Lobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuansing.

Tanpa rasa takut, Rayyan Arkan Dikha berjoget saat peserta pacu jalur mendayung dengan cepat.

Posisi Rayyan yang berada di ujung sampan dan menari itu dikenal dengan sebutan Togak Luan.

Lantas apa makna Togak Luan tersebut?

Togak memiliki arti berdiri atau tegak. Sedangkan Luan berarti haluan.

Dilansir dari Tiktok @galery_kuansing, Togak Luan memiliki tugas memberikan semangat bagi pendayung.

Sedangkan gerakan yang dibawakan menjadi isyarat bagi penonton dan pendayung.

Jika duduk, artinya posisi jalurnya imbang dengan lawan, santai tapi waspada.

Jika berdiri sambil menghadap ke belakang, artinya ia sedang menyemangati timnya.

Kemudian jika dia berdiri menghadap ke depan, tandanya haluan jalurnya sedang unggul atas lawan.

Sedangkan jika ia tiba-tiba loncat ke air, tujuannya adalah mengurangi beban sampan bisa lebih cepat dan menyusul ketertinggalan.

Terakhir, jika ia sujud, artinya jalurnya menang dan ungkapan rasa syukur.

Dulunya, tukang tari atau Togak Luan juga digunakan sebagai isyarat bagi penonton.

Hal ini karena jaman dulu belum ada kamera yang bisa menyorot mereka dari jarak jauh.

Sementara itu, Pacu Jalur mulai diperlombakan sekitar 100 tahun lalu.

Kompetisi ini berawal dari lomba adu cepat antar desa dan berkembang menjadi tradisi festival tahunan di Kuantan Singigi.

Lomba ini awalnya hanya dilakukan sebagai peringatan hari besar keagamaan.

Kemudian pada era kolonial Belanda, Pacu Jalur diadakan untuk memperingati kelahiran Ratu Wilhelmina setiap 31 Agustus.

Tradisi ini juga diadakan untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI.

Saat ini, hadiah yang diberikan pada pemenang bisa mencapai puluhan juta rupiah.


Fadli Zon Undang Dhika ke Kemenbud

Aksi bocah penari togak luan pacu jalur Kuansing (Riau), Rayyan Arkan Dikha membuat penasaran Menbud RI Fadli Zon.

Melalui stafnya, Fadli Zon pun menghubungi Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kuansing Azhar.

"Kemarin staf pak Mentri Fadli Zon menelepon, ia ingin bertemu dengan Rayyan Arkan Dikha di Kemenbud," ujar Azhar, Minggu (6/7/2025).

Namun Fadli Zon harus menunggu Dhika yang harus menuntaskan laga di even Pacu Jalur Rayon III Pangean.

Pasalnya, Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo yang merupakan tim dari Dhika masih berlaga.

"Kemungkinan setelah laga di Rayon III selesai Dhika dan orangtuanya berangkat ke Jakarta," ujar Azhar.

Azhar mengatakan bahwa Pemkab Kuansing turut bangga terhadap viralnya Dhika hingga ke mancanegara.

Ia pun menyampaikan apresiasi kepada seluruh kreator media sosial yang telah memposting video Pacu Jalur hingga viral.

Azhar juga mengatakan bahwa Bupati Kuansing Suhardiman Amby telah menerbitkan Perbup untuk menjaga kelestarian budaya dalam even Pacu Jalur.

Dalam Perbup 25 Tahun 2025 tersebut, setiap tim Jalur diwajibkan menggunakan Anak Tari atau Togak Luan, Tumbo Ruang (komando tim di tengah) dan juga Tukang Onjai (juru kemudi).

Ketiganya juga diwajibkan menggunakan pakaian khas Melayu pada saat mengikuti tradisi Pacu Jalur.

Tim Jalur akan didiskualifikasi dari even jika melanggar Perbup tersebut.

"Perbup itu berlaku untuk seluruh Rayon di Kecamatan dan juga Festival Pacu Jalur di Tepian Narosa," ujar Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kuansing Azhar,  Minggu (6/7/2025).

Selain untuk menjaga budaya lokal dalam tradisi Pacu Jalur, Perbup tersebut juga menekankan kelestarian alam.

Dalam Perbup tersebut juga mengatur bahwa setiap desa hanya diperbolehkan mengambil kayu sekali dalam lima tahun.

Desa yang mengambil kayu dari hutan pun diwajibkan melakukan penanaman pohon di lokasi pohon Jalur yang diambil.

"Setiap desa juga diwajibkan menyiapkan 1 hektar untuk penanaman pohon bakal Jalur. Lahan ini untuk menjaga ketersediaan pohon bakal Jalur agar tradisi Pacu Jalur tidak punah karena ketiadaan pohon," ujar Azhar.

Artikel ini telah tayang di
TribunPekanbaru.com

Budayaberitafuture

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *