News
RSUD Larantuka Turun Kelas C ke D, Ini Pernyataan Bupati Antonius Doni Dihen

PR NTT
– Bupati Flores Timur, Antonius Doni Dihen, akhirnya angkat bicara soal penurunan kelas RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, Flores Timur (Flotim). Rumah sakit kebanggaan masyarakat Larantuka ini resmi turun dari Kelas C ke Kelas D. Keputusan yang mengejutkan, sekaligus menyakitkan.
Tapi, seperti biasa, setiap keputusan besar selalu menyimpan alasan yang lebih rumit dari sekadar angka dan huruf. Kata Bupati Flotim Anton Doni Dihen dalam keterangan tertulis kepada media, Minggu, 6 Juli 2025, sistem kesehatan daerah ini memang sedang dibenahi besar-besaran. Termasuk RSUD ini.
"Upaya menemukan persoalan-persoalan ini telah serius dilakukan selama ini, terutama dalam rangka penyusunan RPJMD 2025-2029, Renstra Kesehatan 2025-2029, Rencana Kerja Bidang Kesehatan Tahun 2026, dan langkah-langkah segera yang dapat diambil tahun ini." tulisnya dalam keterangan pers yang dimaksud.
RSUD Larantuka Turun Kelas
ICU Jadi Biang Masalah
Ternyata, bukan karena semua kekurangan RSUD lalu rumah sakit itu diturunkan kelasnya. Tidak. Kementerian Kesehatan hanya fokus pada satu hal: jumlah tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU dan NICU).
"Sebagaimana komunikasi yang dilakukan Direktur RSUD Hendrikus Fernandez Larantuka ke Kementerian Kesehatan, acuan yang digunakan HANYA jumlah tempat tidur di unit perawatan intensif." lanjutnya.
Idealnya, RSU Kelas C harus punya 12 tempat tidur intensif. RSUD Larantuka cuma punya 9. Masih kurang 3. Tapi, manajemen sudah bergerak cepat. Ruang ICU kini sedang dirombak agar bisa menampung sampai 7 tempat tidur, sesuai standar.
Penilaian ini muncul karena adanya review dari Kemenkes atas permintaan BPJS Kesehatan. Jadi, ini bukan soal pelayanan jelek. Tapi teknis. Hitung-hitungan tempat tidur.
Soal Dokter dan Rencana Besar
Soal dokter spesialis, RSUD Larantuka memang sempat kekurangan satu: spesialis patologi klinik. Tapi sudah diatasi. Tahun ini, akan ada PNS lulusan pendidikan dokter spesialis yang siap mengisi kekosongan itu.
Bahkan untuk dokter umum, rumah sakit ini masih butuh delapan lagi. Rasio pasien dan dokter masih timpang, apalagi antrean di Poli Kebidanan panjangnya seperti antre beras zaman krisis. Tapi semua itu sedang dibenahi. Termasuk lewat RPJMD dan Renstra Kesehatan 2025–2029.
Jadi, penurunan ini bukan akhir segalanya. Justru jadi alarm yang bikin semua pihak sadar: rumah sakit perlu dibenahi secara menyeluruh. Dari perencanaan, sistem distribusi obat, hingga SDM.
Efek ke Uang dan Pelayanan
Penurunan kelas memang berdampak ke pendapatan RSUD. Proyeksi kehilangan bisa sampai Rp2 miliar. Nilai klaim BPJS untuk tindakan medis turun drastis. Operasi sesar misalnya, dari Rp7–8 juta jadi di bawah Rp5 juta.
Tapi target pendapatan Rp25 miliar di tahun 2025 masih dianggap realistis. Manajemen RSUD tetap optimis. Dan yang terpenting: pelayanan ke masyarakat tetap jalan. Tidak berubah.
Akhir Kata
Bupati Doni Dihen ingin menjadikan ini sebagai momentum pembenahan total. Bukan hanya RSUD, tapi sistem kesehatan seluruh Flores Timur. Dari Puskesmas sampai Posyandu. Katanya, pelayanan kesehatan tak bisa dibangun dalam sehari.
"Akhirnya, harus kami sampaikan bahwa pekerjaan pembangunan bidang kesehatan masih membutuhkan kerja keras untuk sampai kepada pelayanan kesehatan yang baik, baik di RSUD, di Puskesmas, Posyandu, maupun Pustu," pungkasnya.
Jika niat baik dan kerja keras dijaga, bukan tidak mungkin RSUD Hendrikus Fernandez kembali naik kelas. Dan lebih dari itu: jadi rumah sakit yang benar-benar layak dibanggakan.***
Sosialberitafuture
